Tanda-tanda ulama akhirat. Lima akhlak ini dipahami dari lima ayat al-Quran, yaitu rasa takut, khusyu’, tawadhu’, berakhlak baik dan lebih mengutamakan akhirat dari pada dunia, yaitu zuhud”.
Rasa Takut
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمِنَ النَّا سِ وَا لدَّوَآ بِّ وَا لْاَ نْعَا مِ مُخْتَلِفٌ اَ لْوَا نُهٗ كَذٰلِكَ ۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَا دِهِ الْعُلَمٰٓ ؤُا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
wa minan-naasi wad-dawaaabbi wal-an'aami mukhtalifun alwaanuhuu kazaalik, innamaa yakhsyalloha min 'ibaadihil-'ulamaaa, innalloha 'aziizun ghofuur
"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."
(QS. Fatir 35: Ayat 28)
Seorang ulama akhirat pasti memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah. Karena ia sangat mengenal Allah, baik melalui ayat-ayat qauliyah yang selalu dibacanya di dalam al-Quran atau melalui ayat-ayat kauniyah yang selalu diperhatikan dan direnungkannya. Karena itu, ia tidak berani menyimpang dari ayat-ayat-Nya.
Ia tidak berani menyembunyikan ayat-ayat Allah dan tidak berani menjual ayat-ayat Allah demi mendapatkan reruntuhan dunia, sebagaimana karakter ulama Yahudi:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ الْکِتٰبِ وَ يَشْتَرُوْنَ بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۙ اُولٰٓئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلَّا النَّا رَ وَلَا يُکَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَکِّيْهِمْ ۚ وَلَهُمْ عَذَا بٌ اَ لِيْمٌ
innallaziina yaktumuuna maaa angzalallohu minal-kitaabi wa yasytaruuna bihii samanang qoliilan ulaaa-ika maa ya-kuluuna fii buthuunihim illan-naaro wa laa yukallimuhumullohu yaumal-qiyaamati wa laa yuzakkiihim, wa lahum 'azaabun aliim
"Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu kitab, dan menjualnya dengan harga murah, mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 174)
Rasa takut yang kuat kepada Allah ini membuatnya memiliki karakter dan kepribadian yang kuat, tidak mudah memperturutkan hawa nafsu:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاَ مَّا مَنْ خَا فَ مَقَا مَ رَبِّهٖ وَ نَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰى
wa ammaa man khoofa maqooma robbihii wa nahan-nafsa 'anil-hawaa
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,"
(QS. An-Nazi'at 79: Ayat 40)
Khusyu’
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ نَّ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَمَنْ يُّؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ خٰشِعِيْنَ لِلّٰهِ ۙ لَا يَشْتَرُوْنَ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ اُولٰٓئِكَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَا بِ
wa inna min ahlil-kitaabi lamay yu-minu billaahi wa maaa ungzila ilaikum wa maaa ungzila ilaihim khoosyi'iina lillaahi laa yasytaruuna bi-aayaatillaahi samanang qoliilaa, ulaaa-ika lahum ajruhum 'ingda robbihim, innalloha sarii'ul-hisaab
"Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 199)
Hati yang khusyu’ pasti tunduk kepada Allah, baik di dalam shalat atau pun di luar shalat. Baik di masjid atau pun di kantor, pasar, pabrik, kampus dan tempat-tempat lainnya. Sehingga tidak berani berbuat melanggar ayat-ayat Allah di mana pun berada, demi mendapatkan sesuatu yang tidak ada harganya bila dibandingkan dengan pahala komitmen dengan ayat-ayat Allah.
Ini sekaligus mengajarkan kepada kita, bahwa khusyu’ yang ada di hati itu harus membuahkan sikap dan perbuatan di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya terlihat di dalam ibadah shalat.
Tawadhu’
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖۤ اَزْوَا جًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَا خْفِضْ جَنَا حَكَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
laa tamuddanna 'ainaika ilaa maa matta'naa bihiii azwaajam min-hum wa laa tahzan 'alaihim wakhfidh janaahaka lil-mu-miniin
"Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman."
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 88)
Seorang ulama akhirat selalu berendah hati kepada orang-orang beriman Tidak menyakiti mereka, tetapi senantiasa mengayomi mereka mengajari mereka ilmu agama dengan tekun dan sabar membimbing mereka dan mengadvokasi hak-hak mereka membela mereka yang terzalimi karena kebodohan, bukan mengeksploitasi kebodohan mereka.
Tawadhu'adalah berkhidmat kepada masyarakat dan mudah diakses. Mudah ditemui, mudah dimintai pertolongan. Jika tidak punya harta untuk menolong, ia tetap mengupayakan bantuan dari pihak-pihak yang bisa diakses bantuannya.
Sebagaimana Nabi SAW mengupayakan bantuan dari orang-orang lain untuk membantu orang-orang fakir yang datang kepadanya, meminta bantuan tetapi Nabi SAW tidak memiliki sesuatu untuk diberikan.
Berakhlak Baik
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَا عْفُ عَنْهُمْ وَا سْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَ مْرِ ۚ فَاِ ذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
fa bimaa rohmatim minallohi lingta lahum, walau kungta fazhzhon gholiizhol-qolbi langfadhdhuu min haulika fa'fu 'an-hum wastaghfir lahum wa syaawir-hum fil-amr, fa izaa 'azamta fa tawakkal 'alalloh, innalloha yuhibbul-mutawakkiliin
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)
Akhlak adalah sesuatu yang pertama kali dilihat dan dirasakan oleh orang lain dari seorang ulama akhirat, Seorang ulama akhirat pasti punya akhlak yang baik dan terpuji.
Karena ia pasti mengamalkan ilmunya,ia selalu menjadi teladan dalam mengamalkan apa yang disampaikan selalu takut kepada peringatan Allah:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
kaburo maqtan 'ingdallohi ang taquuluu maa laa taf'aluun
"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
(QS. As-Saff 61: Ayat 3)
Zuhud
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَقَا لَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَـكُمْ ثَوَا بُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَا لِحًـا ۚ وَلَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ
wa qoolallaziina uutul-'ilma wailakum sawaabullohi khoirul liman aamana wa 'amila shoolihaa, wa laa yulaqqoohaaa illash-shoobiruun
"Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, "Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.""
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 80)
Seorang ulama akhirat tidak mudah tertipu oleh dunia yang fana,Tidak mudah menggeser prinsip hanya karena iming-iming dunia. Tidak mudah tertipu oleh pencitraan yang semu. Tidak mudah silau oleh tampilan luar. Karena ia selalu melihat esensi dan hakikat.
Karena hati dan pikirannya sudah tertambat dan tenggelam di dalam berbagai kesenangan dan kenikmatan yang ada di akhirat, sekalipun fisik dan raganya masih di dunia.
Dunia ini hanya ada di tangannya, tidak pernah masuk dan tertanam di hatinya.
Dunia ini mudah datang dan pergi dalam hidupnya, karena tidak pernah menguasai hatinya. Hati dan pikirannya selalu tertambat pada ayat ini:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى
wal-aakhirotu khoiruw wa abqoo
"padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal."
(QS. Al-A'la 87: Ayat 17)
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَا قٍ ۗ وَلَـنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْۤا اَجْرَهُمْ بِاَ حْسَنِ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
maa 'ingdakum yangfadu wa maa 'ingdallohi baaq, wa lanajziyannallaziina shobaruuu ajrohum bi-ahsani maa kaanuu ya'maluun
"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 96)
Tanda-tanda ulama akhir zaman yang lain sebagai berikut :
1.Perbuatan dan ucapan
2.Ilmu
3.Sederhana
4.Menjauhi Nafsu Duniawi
5.Sabar
6.Sibuk Ibadah
7.Berpegang
1.Perbuatan Dan Ucapan
Perbuatannya tidak berbeda dengan ucapannya,dan apabila memerintahkan sesuatu,ia mengamalkan terlebih dahulu. Dan apabila melarang sesuatu , maka ia akan meninggalkan terlebih dahulu.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَتَأْمُرُوْنَ النَّا سَ بِا لْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَ نْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
a ta-muruunan-naasa bil-birri wa tangsauna angfusakum wa angtum tatluunal-kitaab, a fa laa ta'qiluun
"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 44)
Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surah As Saff Ayat 3 Yang berbunyi
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
kaburo maqtan 'ingdallohi ang taquuluu maa laa taf'aluun
"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
(QS. As-Saff 61: Ayat 3)
■ Dalam Sabda Rasulullah
مررت ليلة أسري بي على قوم، تقرض شفاههم بمقاريض من نار، قال: قلت: من هؤلاء؟ قالوا: خطباء من أهل الدنيا، ممن كانوا يأمرون الناس بالبر وينسون أنفسهم، وهم يتلون الكتاب، أفلا يعقلون
Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pada perjalanan Isra, melewati suatu kaum. Bibir mereka digunting dengan gunting api. Lalu Nabi SAW bertanya (kepada Malaikat Jibril), "Wahai Jibril, siapa mereka?"
Lantas Jibril menjawab, "Mereka adalah para penceramah dari kalangan penduduk dunia. Mereka memerintahkan kepada umat manusia untuk berbuat kebaikan, tetapi mereka melupakan diri mereka sendiri. Padahal mereka membaca Alquran. Apakah mereka tidak memikirkannya?" (HR Ahmad)
2. ILMU
Perhatiannya dalam ilmu,adalah menghasilkan ilmu yang bermanfaat untuk akhirat , untuk mendorong senang beribadah dan menjauhi Ilmu-ilmu yang hanya sedikit manfaatnya,serta tidak memperbanyak perdebatan yang hanya merupakan ucapan tanpa amalan.
3.Sederhana
Tidak cenderung bermewah-mewahan di dalam makanan,minuman,pakaian,perhiasan,perabot rumah dan tempat tinggal. Bahkan memilih yang sederhana dan cenderung mengambil yang lebih sedikit di dalam semua hal tersebut , karena hal iti adalah suatu perbuatan yang menyerupai orang salaf,
Sayyidina Ali Abi Tholib Berkata ;
Kami rela apa yang do bagikan Allah yang maha kuasa kepada kami,Kami Memiliki ilmu dan musuh-musub memiliki harta.
4.Menjauhi Nafsu Duniawi
Menjauhi para pejabat,ia (Ulama Akhirat) tidak akan masuk kepada mereka selama masih ada jalan untuk menghindar dari mereka. Bahkan seyogyanya, ia menjaga agar tidak mencampuri apabila mereka datang kepadanya. Karena dunia itu manis,hijau royo-royo,sedangkan kendalinya berada di tangan mereka.
Post a Comment for "Tanda-tanda Ulama Akhirat"